silsilah keturunan raja sinjai
Silsilahketurunan raja-raja Kerajaan Siak Sri Indrapura dan Kerajaan Pelalawan / Lists. This edition is on 0 lists. Are you sure you want to remove Silsilah keturunan raja-raja Kerajaan Siak Sri Indrapura dan Kerajaan Pelalawan from this list? No lists yet! Recent Activity. When What Who Comment; 2 minutes ago: N-I-L (list) - diff. 4ize:
3 Karaenga ri Tanah beru. Ilustrasi penyerangan para raja dan seluruh para pejuang di wilayah kekuasaan bulukumba di abad ke-16 sampai 20. Pahlawan yang sempat tercatat dalam sejarah baru di era pemerintahan negara republik yaitu : H.A.Sultan Daeng Raja di Gangking, dan A.Mappijalang di Basokeng Bontotiro.
2 Ugrasena. Penguasa kerajaan berikutnya, Ugrasena atau Ratu Sri Ugrasena, berada di pusat pemerintahannya di Singhamandawa pada masa pemerintahannya antara 915 dan 942. Beberapa sumber mengatakan bahwa pemerintahan Raja Ugrasena sama dengan pemerintahan MPU dari Dinasti Isyana di Jawa Timur.
lapamulu menikah dengan we dattaro, anak dari la mappamellang datu salomekko & arung salangketo dengan istrinya we tenri jai arung bulo-bulo (sinjai), lalu lahirlah delapan orang anak yaitu andi abdul wahid petta bani, andi mallawangeng petta bela, andi kasi petta mase, andi lumba petta sese, andi paduai petta mala arung mario, andi patellui
SelviaAdella1Berikut ini adalah silsilah itu yang akhirnya menurunkan silsilah Raja Kadiri Jayabaya: 1. Nabi Adam (Sang Hyang Janmawalijaya / Sang Hyang Adhama) 2. Nabi Sis (Sang Hyang Syta) 3. Sayid Anwar (Sang Hyang Nur Cahya) 4. Sang Hyang Nurasa 5. Sang Hyang Wenang (Sang Hyang Wisesa) 6. Sang Hyang Manik Maya (Betara Guru) 7.
Partnersuche Im Internet Vorteile Und Nachteile. - Dari Silaturahmi Akbar Ana' Eppona Mappajung'e WATAMPONE,-Sejumlah tokoh, baik yang berkiprah di dunia politik, militer, birokrasi, hingga pengusaha di negeri ini, baik di tingkat nasional, regional, dan lokal, terdapat sejumlah keturunan Raja Bone. Hal itu terungkap, saat Komunitas Seni dan Budaya di Kabupaten Bone, Tunreng Tellue, menggelar silaturahmi akbar Ana' Eppona Mappajung'e yang digelar di Bola Soba Saoraja Petta Ponggawae, Minggu, 19 Januari, lalu, yang menghadirkan akademisi, budayawan, serta pemerhati budaya. Salah satunya, tokoh yang masih keturunan Raja Bone, yaitu Mendiang mantan Panglima ABRI, Jendral Purn A M Jusuf. Semasa hidupnya, Andi M Jusuf, pernah menjabat sebagai Panglima ABRI pada periode 1978 - 1983. Ditelusuri berdasarkan silsilah Raja Bone, dari garis ayahnya, mendiang yang semasa hidupnya merupakan salah satu tokoh berpengaruh dalam sejarah kemiliteran Indonesia ini memiliki garis keturunan dari Raja Bone ke-24, La Mappatunru To Appasessu. Selain itu, terdapat pula mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Alifian Mallarangeng, masih memiliki garis keturunan bangsawan Bone. Salah seorang pemerhati budaya di Kabupaten Bone, H Andi M Yusman Batara Aji, mengatakan, berdasarkan silsilah Raja Bone, terdapat sejumlah tokoh di negeri ini yang berkiprah di sejumlah bidang dan memiliki garis keturunan Raja ke- 23, La Tenri Tappu To Appaliweng. Dia menjelaskan, dari perkawinan La Tenri Tappu To Appaliweng dengan We Pada Uleng Arung Timurung itulah, Raja ke-23 ini memiliki 13 anak, yaitu Batara Tungke Arung Timurung,La Mappatunru To Appasessu yang kemudian menggantikan tahta ayahnya menjadi Raja Bone ke-24, We Manneng Arung Data yang merupakan Raja Bone ke-25, serta La Pawawoi Arung Sumaling. Selain itu, kata dia, Raja Bone ke-26, La Mappaseling Arung Pannyili, La Tenri Sukki Arung Kajuara, We Kalaru Arung Pallengoreng, Mamuncaragi Arung Malaka, serta La Tenri Bali Arung Ta', La Mappaewa Arung Lompu, dan La Paremma Rukka Arung Karella, La Temmu Page Arung Paroto Petta Ponggawa Bone, dan La Patuppu Batu Arung Tonra. "Berdasarkan lontarak Bilang La Tenri Tappu, menyebutkan anak pertama La Tenri Tappu To Appaliweng dengan We Pada Uleng Arung Timurung, yaitu Batara Tungke Arung Timurung,"ujarnya. Dia menjelaskan, anak pasangan Raja Bone ke-23, La Tenri Tappu To Appaliweng dengan We Pada Uleng Arung Timurung melahirkan La Mappatunru To Appasessu yang juga merupakan Raja Bone ke-24,La Mappatunru To Appasessu. Dari garis keturunan La Mappatunru To Appasessu itu, terdapat sejumlah tokoh di negeri ini, diantaranya mantan Panglima ABRI, Jendral Purn A M Jusuf, mantan Gubernur Sulsel, Brigjen TNI Purn Andi Oddang, mantan Sekretaris Provinsi Sulsel, Andi Muallim, dan mantan Bupati Bone, Andi Baso Amir, mantan Wakil Ketua DPRD Bone sekaligus budayawan di daerah ini, Andi Palloge Petta Nabba. Terkait garis keturunan dari MendiangJendral Purn A M Jusuf itu. Andi M Yusman Batara Aji ini menjelaskan, diawali dari garis keturunan La Mappatunru To Appasessu, kemudian garis keturunan itu menurun ke La Pabbenteng Daeng Lawa. Selanjutnya, dari perkawinan La Pabbenteng Daeng Palawa dengan I Nyonyo Arung Gona melahirkan Upe Arung Tarasu yang kemudian memperistri Nini Petta Sali, dari perkawinan itulah, lahirlah Andi Tappu Amir Arung Kajuara yang kemudian memperistri Petta Bunga . Andi Tappu Amir Kajuara dan Petta Bunga inilah kedua orangtua dari mendiang Andi M Jusuf. Sedangkan, dari perkawinan Andi Tappu Amir Arung Kajuara dengan Petta Sanna, lahirlah mantan Bupati Bone periode 1967 - 1969, Andi Baso Amir. "Jadi antara mendiang Andi M Jusuf dan Andi Baso Amir masih anak dari Andi Tappu Amir Arung Kajuara, tapi beda ibu,"jelas Andi M Yusman. Selain itu, Asisten I Pemprov Sulsel Andi Herry Iskandar, Andi Herry Iskandandar, merupakan keponakan dari Andi M Jusuf yang merupakan anak dari saudara Andi M Jusuf, yaitu Andi Iskandar. Tokoh lainnya, yaitu mantan Gubernur Sulsel, Brigjen TNI Purn Andi Oddang, masih merupakan keturunan dari La Mappatunru To Appasessu. Keturunan La Mappatunru To Appasessu lainnya, mantan Walikota Administrasi Watampone dan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat BPM Provinsi Sulsel, Andi Mangunsidi Massarappi, dan mantan Bupati Barru, Andi M Mansyur Sultan, mantan Wakil Bupati Bone, Andi Said Pabokori, dan mantan Kepala Disperindag Kabupaten Bone, Andi Sultan Pawi. Selain itu pula, masih garis keturunan Raja Bone ke-24, La Mappatunru To Appasessu, yaitu Ketua DPC Demokrat Kabupaten Gowa yang juga mantan calon Bupati Gowa, Andi Maddusila Andi Idjo. Pasalnya, kata dia, ayah Andi Maddusila, yaitu Raja Gowa ke-36, Andi Idjo Karaeng Lalolang merupakan anak dari Raja Gowa ke-35, I Mangi-Mangi Daeng Tutu Karaeng Bontonompo dari perkawinan dengan I Kunjung Daeng Nginga Karaeng Tana-tana yang merupakan anak dari I Bungasa. Keturunan Raja Bone ke-29, Singkeru Rukka ini menambahkan, I Bungasa sendiri merupakan cucu dari Raja Bone ke 24, La Mappatunru Appasessu. Tak hanya itu, ibu dari Raja Gowa ke-35, I Mangi-Mangi Daeng Tutu Karaeng Bontonompo, yaitu Bau Tenri Pada Arung Berru tak lain adalah saudara dari Raja Bone ke-29, Singkeru Rukka. Sedangkan keturunan lain dari La Tenri Tappu To Appaliweng, melalui garis keturunan Lapawawoi Arung Sumaling, juga terdapat salah satu pengusaha sukses, Andi Amran Sulaiman, yang juga Direktur Utama PT Tiran Group Indonesia. Garis keturunan anak La Tenri Tappu To Appaliweng, yaitu La Mappaewa Arung Lompu, diantaranya tokoh perjuangan Sulawesi Selatan yang juga mantan Gubernur Sulawesi, Andi Pangerang Pettarani, yang tak lain merupakan anak Raja Bone ke 32, Andi Mappanyukki. "Andi pangerang Pettarani merupakan keturunan bangsawan Kerajaan Gowa dan Bone,"ujar keturunan Raja Bone ke-29, Singkeru Rukka ini. Dari garis anak La Tenri Tappu To Appaliweng lainnya, yaitu La Temmu Page Arung Paroto terdapat garis keturunan mantan Bupati Bone, Andi Idris Galigo dan Bupati Bone saat ini, Andi Fahsar M Padjalangi."Keduanya memang masih memiliki garis keturunan yang sama,"kata Andi M Yusman. Selain itu pula, terdapat mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Alifian Mallarangeng itu dari garis ayahnya, Andi Mallarangeng. Kakek Alifian, Andi Kenkeng Petta Tappu Arung Cina, merupakan garis turunan La Temmu Page Arung Paroto Petta Ponggawa Bone. Dia menjelaskan, masih banyak keturunan Raja Bone lainnya, hanya saja sudah tersebar di sejumlah wilayah di nusantara ini. Bahkan ada beberapa keturunan bangsawan dan raja di Kerajaan Bone yang bermukim pula di sejumlah wilayah di Malaysia. Menanggapi keturunan bangsawan yang terdapat sejumlah tokoh dan berkecimpung di berbagai bidang di negeri ini, budayawan di Kabupaten Bone, H A M Youshand Tenri Tappu, mengakui terdapat sejumlah tokoh di negeri ini yang merupakan keturunan bangsawan dan sejumlah raja di Kerajaan Bone, salah satunya Jenderal Andi M Jusuf. Selain itu, kata dia, banyak pula pemimpin di suatu daerah, contohnya bupati yang masih keturunan bangsawan maupun raja di Kerajaan Bone, karena tidak dapat dipungkiri telah terjadi pereratan hubungan kerajaan melalui sistem perkawinan. Sehingga keturunan atau bangsawan Kerajaan Bone itulah yang menetap di sejumlah wilayah, yang kemudian keturunannya menjadi pemimpin atau kepala daerah di kemudian hari. "Untuk memperat persaudaraan dan kekerabatan, Raja Bone saat itu memperistri sejumlah keturunan raja atau keturunan raja yang menikah dengan raja lainnya. Sistem perkawinan itulah sehingga terjadi kekerabatan antara Kerajaan Bone dengan kerajaan lainnya di Sulsel,"tandasnya. Guru besar Unhas, Prof Dr Mahmud Tang MA, menilai pentingnya membangun jaringan kekerabatan dalam bingkai kesatuan dan persatuan di era demokrasi. Di era demokrasi saat ini, pandangan orang bisa berbeda, akan tetapi jika masuk dalam lingkup budaya, hubungan kekerabatan itu haruslah tetap terjaga. Sementara itu, Dr Suryadi Mappangara M Hum, lebih jauh membahas peranan kerajaan Bone masa lampu dan bagaimana kerajaan itu membangun jaringan dengan kerajaan lainnya.
Kerajaan Majapahit, Kesultanan Demak, Pajang, Mataram Islam, hingga Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, Kadipaten Pakualaman dan Kesepuhan Cirebon semua masih satu garis trah keturunan dari Trah Prabu Brawijaya V Majapahit yang terakhir. Didalam konsep Raja-Raja Jawa Mataram memiliki konsep bahwa pemimpin adalah "Sabdo Pandito Ratu". Artinya Yang dikatakan Pemimpin adalah yang ucapannya komitmen dan konsisten tidak boleh lemah dan tidak boleh berubah-ubah. Bukanlah ciri-ciri seorang keturunan orang besar turunan raja atau ulama bila sabdanya atau ucapannya tidak mencerminkan raja tidak konsisten. Hari ini bicara tempe besok petai mencla-mencle, maka ini bukanlah figur seorang pandito ratu atau pemimpin. Karena masyarakat Jawa berpedoman pada sebuah filosofi “Sabda brahmana raja tan kena wola-wali pindha we kresna tumetes ing dalancang seta” yang artinya adalah, "Pernyataan seorang pemimpin atau Ulama dan Raja hendaknya tidak mencla-mencle ibarat tinta hitam yang menetes di atas kertas putih". Sebenarnya dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati sampai SBY bila ditelusuri dari biografi dan silsilah bisa dikatakan semua masih saudara karena merupakan keturunan dari raja-raja Jawa trah Mataram. Soekarno dan Soeharto ibarat air dan api. Tapi siapa sangka, keduanya punya leluhur yang sama, yaitu dua-duanya berasal dari trah Mataram yaitu Sultan Hamengkubuwana II. Presiden Soekarno Beliau adalah Sang proklamator sekaligus Presiden RI pertama. Percaya atau tidak Soekarno disebut-sebut masih keturunan salah satu putro dalem Pakubuwono Kasunanan Surakarta? Baik saya open sedikit disini. Sebenarnya Bung Karno adalah salah satu Putra Dalem Paku Buwono X. Artinya Bung Karno adalah termasuk anak Raja dari Kasunanan Surakarta. Berarti beliau masih saudara satu bapak dengan kakek saya yang lain ibu kebetulan kakek saya adalah putra dalem Paku Buwono X. Karena Bung Karno adalah salah satu dari sekian putra raja PB X yang didapat dari salah satu para selirnya PB X. Salah satu Selir yang tidak dinikahi secara resmi. Bung Karno adalah anak hasil dari hubungan antara Sinuwun PB X dengan selir atau wanita luar yaitu wanita gadis Bali. Dimana waktu itu Sinuwun PB X sebagai seorang raja biasa mengadakan kunjungan-kunjungan kerja kerajaan ke berbagai wilayah. Saat itu PB X sedang kunjungan ke daerah Bali. Lalu di Bali Sinuwun PB X bertemu dan berkenalan dekat dengan seorang gadis cantik Bali bernama Ida Ayu Rai hasil dari hubungan itu kemudian Ida Ayu hamil. Kemudian Sinuwun PB X kembali ke Surakarta dan berjanji akan tetap mengurusi dan menghidupi Ida Ayu sampai melahirkan. Karena Ida Ayu tetap di Bali tidak mau diajak ke keraton Surakarta maka Sinuwun PB X mengutus dan memberikan tugas seorang Abdi Dalemnya ke Bali bernama Pak Sukemi untuk mengawasi, mengawal dan mengurusi kebutuhan hidupnya Ida Ayu hingga melahirkan. Setelah Ida Ayu melahirkan di Surabaya seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama oleh pak Sukemi Koesno Sosrodihardjo lahir di Surabaya 6 Juni 1901 atau Soekarno. Kenapa Koeno? Karena Koesno adalah nama kecil dari Sinuwun PB X yang bernama Malikul Kusno. Ternyata setelah itu Sinuwun PB X memerintahkan agar pak Sukemi abdi dalemnya untuk menikahi Ida Ayu. Akhirnya masa kecil Soekarno hidup diluar keraton bersama orang tuanya Ibu Ida Ayu dan Bapak Sukemi di Bali hingga dewasa. Dari jalur ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai, Sukarno mendapatkan trah bangsawan Bali. Gde Pasek Suardika dan Izarman dalam buku Bung Karno, Saya Berdarah Bali 1998 menyebutkan. Kemudian Soekarno mewarisi sebilah keris dari kakeknya ayahanda Ida Ayu Nyoman Rai. Keris itu diwariskan turun-temurun di keluarga Bale Agung yang masih keturunan Raja Buleleng, termasuk pernah digunakan kakek Sukarno saat menghadapi penjajah Belanda. Walaupun Bung Karno tidak melegitimasi dan mengakui dirinya sebagai keturunan bangsawan Mataram atau putra raja. Tapi Soekarno nama gelarnya ikut-ikutan seperti gelar bapaknya Sinuwun PB X. Gelar Paku Buwono X adalah gelar yang terpanjang sepanjang sejarah raja Mataram. Gelar PB X adalah "Ingkang Sinuwun Sampeyan Ingkang Dalem Ingkang Wicaksono Senopati Khalifatullah Ingngalogo Abdurrahman Sayidin Panotogomo Pakubuwono Ingkang Kaping Sedoso Pakubuwono ke X". Gelar Raja Paku Buwono X kemudian ditiru oleh Bung Karno yaitu beliau menamakan dirinya dengan gelar sebagai, "Pemimpin Besar Revolusi, Paduka Yang Mulia, Penyambung Lidah Rakyat, Panglima Tertinggi Angkatan Perang, Presiden Seumur Hidup, Ir. H. Soekarno." Ada wasiat Sinuwun PB X yang pesan itu disampaikan kepada orang yang dipercaya dari putra kesayangannya yaitu GPH. Soerio Hamidjoyo kakek saya. Bunyi pesan Paku Buwono X tersebut adalah "Aku mendapatkan dawuh dari Allah dan leluhur kelak ada anak keturunanku yang bakal menjadi raja atau pemimpin negeri nusantara ini." Presiden Soeharto Pak Harto adalah keturunan dari Sultan HB II, sama seperti Soekarno. Namun keberadaan dan legitimasi itu tidak diakui oleh Soeharto sendiri, beliau murka dengan pemberitaan di media pada waktu itu di majalah POP pada tahun 1974 tersebut lantas memberangus majalah tersebut. Masa kecil Pak Harto yang berasal dari Desa Kemusuk, sebelah barat Kota Yogyakarta bersama orang tuanya Probosutejo. Sebenarnya Soeharto adalah termasuk salah satu anak dari bangsawan Kesultanan Jogja yaitu anak dari seorang Gusti Pangeran Sultan Jogja siapa namanya, dengan seorang wanita dari luar. Kemudian Pangeran Jogja itu memiliki sahabat seorang pengusaha China yang bernama Liem Siu Liong. Meminta agar nanti setelah melahirkan menikahi wanita tersebut ibunda Soeharto yang umurnya jauh lebih tua daripada seorang cina ini yang bernama Liem Siu Liong. Kemudian pengusaha Cina tersebut yang masih muda belia menikahi wanita tersebut. Setelah itu Soeharto kecil di minta anak atau diangkat anak di sebuah desa Kemusuk di Jogja oleh bapaknya Probosutejo yang waktu itu bapaknya adalah seorang petani besar dan terkenal di desa Kemusuk. Sehingga yang terkenal Soeharto adalah anaknya seorang petani. Tapi darah biru yang terpancar di wajahnya tidak bisa disembunyikan bahwa dirinya adalah seorang keturunan dari trah kebangsawanan kesultanan Jogja. Presiden Habibie Habibie memang bukan lahir di Jawa, melainkan di Parepare, Sulawesi Selatan. Namun, ibundanya Habibie adalah bernama RA. Toeti Marini Poespowardojo, beliau adalah perempuan Jawa kelahiran Yogyakarta. Menurut Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dalam Buku "Ibu Indonesia dalam Kenangan" 2004, ibunda Habibie berasal dari keluarga priyayi atau ningrat Jawa karena itu ibunda beliau bergelar RA atau Raden Ayu. Toeti adalah cucu dari Raden Ngabehi Tjitrowardojo dari trah Mataram, seorang dokter sekaligus bangsawan lokal terkemuka dari Purworejo, Jawa Tengah, tidak seberapa jauh dari Yogyakarta dan pernah menjadi wilayah kekuasaan Mataram. Presiden Gusdur p>Gusdur adalah keturunan dari Sunan Giri dan keluarga Basyaiban, Joko Tingkir yang dimaksud Gus Dur tidak lain adalah Sultan Hadiwijaya, pendiri Kerajaan Pajang yang memerintah pada 1549-1582. memiliki pertalian dengan Sultan Pajang, Hadiwijaya atau dikenal sebagai Jaka Tingkir. Ayah Joko Tingkir, Ki Ageng Pengging, adalah murid Syekh Siti Jenar, wali yang dianggap sesat oleh Walisongo, barisan ulama pro-Kesultanan Demak. Namun, Joko Tingkir juga merupakan murid Sunan Kalijaga dan dipersaudarakan dengan Ki Juru Martani yang kelak menjadi mahapatih Kesultanan Mataram Islam. Presiden Megawati Jika Soekarno masih keturunan trah Mataram Sultan HB II dan Pakubuwono X maka garis darah serupa juga berlaku untuk putrinya, Megawati Soekarnoputri, yang menjadi Presiden RI ke-5. Presiden SBY Susilo Bambang Yudhoyono masih memiliki keturunan dan punya pertalian darah dengan Raden Wijaya, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit. Tak hanya itu, SBY juga masih satu garis keluarga dengan Sri Sultan Sri Sultan Hamengkubuwana III. Walaupun Soekarno dan Soeharto tidak pernah mengklaim dirinya sebagai kerurunan bangsawan trah Mataram. Tapi lucunya Bung Karno sebagai presiden RI gelarnya meniru-niru gelar seorang raja yaitu Paku Buwono X atau ayahnya sendiri. Begitupun Soeharto walaupun beliau tidak mengakui sebagai keturunan bangsawan Mataram Jogja, tetapi beliau membangun pesarean "makam" keluarga dengan diberi nama "Astana Giri Bangun" di Karanganyar Jawa tengah, diatas gunung persis menyerupai miniatur makam para raja-raja Mataram di Imogiri. Ternyata semua presiden RI kita semuanya masih keturunan dari darah biru leluhur mereka keturunan raja dari trah Brawijaya Majapahit. Memang ini sudah suratan takdir yang digariskan biasanya raja ya keturunan raja pula, pemimpin keturunan pemimpin pula, ulama keturunan ulama pula dan nabi keturunan nabi pula. Nasab pasti menurunkan nasabnya yang sama pula. Tapi biasanya alam semesta akan terjadi gejolak bila seorang yang tidak ada keturunan nasab raja atau ulama atau pemimpin kemudian menjadi pemimpin maka akan terjadi ketimpangan di negeri tersebut. Maaf saja bila ada satu presiden yang tidak termasuk didalam penulisan disini. Karena memang kenyataanya secara real esensial tidak ada memiliki jalur dan garis darah trah raja atau ulama dari leluhurnya. Dulu pada tahun 2014 pernah di telusuri rekam jejak sejarah biografi data profil dan silsilahnya yang real asli tentang pribadi orang ini oleh pihak TNI AD. Ternyata kesimpulannya data profil pribadi dan biografi yang dilapangan tidak cocok dengan data profil biografi yang dipublikasikan di media tidak valid. Jadi penulis tidak berani untuk memasukkan beliau kedalam satu "Pemimpin Yang Masih Ada Garis Trah Majapahit" ini. Klaim gelar atau Trah bukan menunjukkan sikap feodalisme tapi untuk menunjukkan seorang itu masih peduli dan menghormati silsilah keturunan leluhurnya. Dalam rangka untuk mengetahui dan menyelusuri jalur nasabnya leluhur orang tersebut. Kadang Gelar nasab masih diperlukan dan masih berlaku dalam dunia kekuasaan dan perpolitikan saat ini walaupun tidak berpengaruh besar. Biasanya gelar digunakan untuk melegitimasi kekuasaan supaya pendukungnya semakin tambah mantap dan yakin bahwa pilihannya adalah bukan orang sembarangan tapi masih ada garis darah keturunan orang besar seperti keturunan Nabi, ulama atau raja. Kanjeng Senopati / KRMH. Tommy Wibowo Hamidjoyo. SE Analisis Spritualis dan Pemerhati Budaya
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Xfk7vlbtOsmdjOfOFSXX9bzmcuW-OFloh4gucTgtfzx0z7Md26msA==
Beberapa hari sebelum ini saya agak heboh ke beberapa orang. Jadi waktu itu akan ada FTV yang lokasi syutingnya itu di Sinjai, kampung halaman tercinta yg selalu saya bangga2kan kemana-mana, bahkan sampai ke luar negeri eh. Bukan cuman itu, pemainnya juga menjanjikan bo’ ada Deddy Mizwar. Jaminan kualitas sebuah tayangan, baik film maupun di televisi. Judulnya Dijual Garis Darah. Oia, waktu nulis ini, FTV-nya sudah ditayangkan kemaren, tanggal 23 Desember 2011 ^^ Oke, karena ini FTV, dan tidak tau kapan akan ditayangkan lagi, saya ceitakan saja sinopsisnya. Buat saya siy menarik dan menyentil, karena sampai saat ini masih sering jadi bahan pembicaraan, khususnya orang2 di Sulawesi. Secara garis besar ceritanya tentang 2 orang yang saling mencintai yang terpaksa dipisahkan karena setelah dirunut garis darah masing2, para kakek buyut mereka ternyata bermusuhan. Sehingga orang tua sang gadis tidak rela anaknya berhubungan dengan keturunan dari musuh nenek moyang mereka. Klise ya? Sepertinya. Tapi seperti biasa pula, selalu ada pesan2 baik yang disampaikan oleh Deddy Mizwar dalam setiap tayangan yang melibatkan beliau. Di bawah ini saya coba menuliskannya kembali, tentunya ditambah opini saya pribadi tentang hal ini. Pertama, tentang silsilah keturunan. Mungkin bukan hanya di Sinjai ada yang seperti ini. Dulu waktu masih jaman penjajahan, kita kan belum bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap daerah ada penguasa atau Rajanya masing-masing. Mereka inilah para bangsawan, yang memiliki daerah kekuasaan dan rakyat yang patuh pada perintah sang Raja. Di daerah Bugis Makassar, para Raja ini diberi gelar Andi. Ada juga yang bergelar Petta atau Karaeng. Ketika pemerintahan beralih ke sistem Republik, para Raja di jamannya ini masih tetap memiliki posisi yang terhormat. Tetap disegani oleh rakyatnya. Sampai sekarang bahkan masih ada kan ya sistem kerajaan di Indonesia. Seperti di Solo atau Yogyakarta. Penghormatan masyarakat umum kepada para bangsawan masih tetap berlanjut hingga saat ini. Walau tidak terang2an seperti dulu, tapi tetap para bangsawan itu ”disegani” utamanya di kalangan rakyat biasa. Inilah yang kadang menciptakan polemik. Siapa keturunan Raja siapa, yang mana yang masih berpengaruh, apakah masih layak bergelar Andi atau tidak, jelaskah runutan silsilah keluarganya, dll. Sebagian masih mengagung-agungkan kebangsawanannya, sebagian lain -yang lebih moderat- tidak lagi mempermasalahkan hal tersebut. Well, pada akhirnya itu pilihan kita sih. Mau mengagung-agungkan kebangsawanan nenek moyang kita pada masa lalu atau memilih untuk menjadi ”setara” dengan yang lain. Tapi ada satu hal penting yang juga secara lugas sudah disampaikan pada film ini, bahwa ”yang paling penting adalah perilakumu. Bukan asal usul keluargamu. Ini yang sering dilupakan oleh para bangsawan kita” Absolutely right. Dari apa yang saya lihat di sekeliling saya, betapa banyak orang2 yang begitu disibukkan dalam mempermasalahkan ke-Andi-annya. Dengan sangat bangga memajang gelar tersebut. Dalam titik ekstrim malah ada yang sampai marah jika ada yang lalai memasang gelar tersebut pada nama lengkapnya. Misalnya nih ya, seseorang diundang dalam sebuah acara. Dalam undangan tersebut, tidak ada gelar Andi yang tertera. Ada loh, yang sampe tidak mau menghadiri undangan tersebut karena gelar Andi-nya tidak disertakan. Oemji.. Padahal, dulu, seseorang diberi gelar bangsawan, diberi posisi terhormat di kalangan masyarakat, dan bahkan dipercaya oleh rakyatnya memerintah di suatu daerah, tentu karena sikap dan perilakunya yang juga terhormat. Mereka bukan orang yang sibuk kesana kemari membahas siapa yang lebih tinggi derajatnya dari yang lain. Mereka adalah orang2 yang bertanggung jawab terhadap kehidupan rakyatnya pada saat itu, termasuk melindungi dari para penjajah. Itu yang saya tau. Kedua. Tentang cinta mencinta. Haha, ini saya bahas lebih karena ia juga menjadi topik utama dalam film ini. Menyakitkan memang, ketika terpaksa dipisahkan dengan orang yang dicintai karena masalah perseteruan nenek moyang kita yang bahkan kita tidak pernah melihatnya. Begini. Kita sepakat kan, kalo sifat, karakter, perilaku seorang anak adalah bentukan dari didikan orang tua dan lingkungan terdekatnya ketika ia masih kecil? Tidak secara keseluruhan pastinya, tapi sebagian besar. Nah, ada orang tua yang sepenuhnya memberikan kebebasan pada anak dalam menentukan masa depannya, termasuk dalam memilih pendamping misalnya. Ada pula orang tua yang merasa turut andil dalam kehidupan anaknya, sehingga merasa perlu untuk mencarikan jodoh. Muncullah istilah Pilot, pilihan orang tua hehe. Tidak ada yang salah, sekali lagi semuanya kembali ke pilihan masing-masing. Nah, apa yang ingin saya katakan adalah, jika memang ada orang tua yang tidak ingin anaknya asal pilih pasangan tanpa melihat asal usul dan latar belakang keluarganya, itu semestinya ditanamkan sejak mereka masih kecil. Sejak kecil mereka dibiasakan dan secara tidak langsung dipahamkan bahwa tidak boleh sembarangan dalam memilih pendamping hidup. Harus jelas siapa keluarganya misalnya. Itu kalau orang tuanya memang tidak ingin anaknya menikah dengan orang yang tidak dikenal oleh orang tuanya. Sehingga secara mental, terbentuk pola pikir demikian di benak sang anak. Secara otomatis ia akan berhati-hati dalam menentukan pilihan pendamping. Poinnya adalah, sang anak tidak dikagetkan ketika ia sudah terlanjur mencinta dan menjumpai kenyataan orang tuanya tidak menyetujui pilihannya. Jika demikian bisa saja anaknya berkata kenapa tidak bilang dari dulu kalo ada aturan seperti itu? Ini yang kadang juga dilupakan oleh beberapa orang tua. Anaknya dibebaskan untuk pacaran dengan siapa pun, sejak awal tidak diingatkan bahwa ia –orang tuanya- memiliki standar dalam menentukan siapa yang akan dipilih menjadi calon menantunya. Tanpa adanya komunikasi seperti ini, ya wajarlah yaa kalo pilihan sang anak kebentur sama standar orang tuanya. Mohon maaf, sekali lagi ini menurut pengamatan pribadi saya yaa. Catet, pengamatan bukan pengalaman haha.. dibahas. Yang saya tau, di kalangan kerajaan, sejak kecil anak-anak mereka sudah dibiasakan dengan segala tata krama yang harus dipatuhi. Mulai dari perilaku, pergaulan, bahkan mungkin sampai ke pakaian kali ya? Demikian komentar saya soal silsilah dan garis keturunan. Semoga tidak ada lagi yang tersinggung dengan tulisan saya ini. Fyi, sampai saat ini topik ini masih sering jadi bahasan dalam pembicaraan orang2 di daerah saya. Butuh keberanian dan sikap tegas untuk mendobrak aturan2 yang kadang ndak masuk akal itu. Itu baru masalah keturunan. Belum lagi soal ritual adat istiadat yang urusannya lebih ruwet lagi. Saya akan membahasnya di bagian lain. Ngantuk euy.. plak Trivia Di antara beberapa daerah yang pernah menganut sistem kerajaan di Sulawesi, khususnya Sulawesi Selatan, kenapa ya dipilih daerah Sinjai Bone untuk mengangkat tema ini dalam sebuah ftv? Apa memang kedua daerah ini terkenal dengan orang2nya yang masih suka membangga2kan kebangsawanannya? Jika memang iya, kok saya justru malu ya? Hare geneee…
silsilah keturunan raja sinjai